Imperial Rune Knight

03.58 Posted In Edit This 0 Comments »

Berawal di kota Gladia ini aku dibesarkan oleh seseorang yang bernama Mindy Clea. Sesosok wanita yang tangguh, yang telah merawatku di masa kecil karena orang tuaku gugur dalam perang melawan Orc, yaitu manusia setengah iblis yang berkulit hijau dan berdarah hitam serta mempunyai IQ yang rendah sehingga aku diasuh olehnya. Pernah terjadi peristiwa di kota Alpine tempatnya pusat perdagangan, kota Claire yang di diami para penyihir, dan kota Avrute tempat para berkumpulnya pemanah ulung kini hancur karena ulah Orc.
Namaku Zack Alfred Vize, impianku ingin menjadi Rune Knight. Seorang prajurit yang berposisi di garis depan dan mempunyai serangan dan fisik yang kuat, tapi melihat keahlian pedangku yang menyedihkan…tapi aku tidak menyerah begitu saja, Mindy selalu membimbingku untuk melatih keahlian pedangku sehingga aku sudah terbiasa untuk menggunakan pedang. Dengan bermodal Falchion, atau pedang lengkung aku melangkah maju menuju pendaftaran.
“Baiklah, namaku Jimmy Reynold. Aku adalah pemandu tes ini, untuk menjadi Rune Knight kalian harus melewati dua tantangan. Pertama, kalian harus berhasil sampai Death Valley, dalam waktu sepuluh jam dan kemudian jika kalian melihat pos pertama, maka kalian akan lolos dalam ujian pertama, Jelas!!?”
“Yeeaahh…!!” Teriakan para peserta yang begitu antusias. Para peserta berlari menuju Death Valley itu dengan diawali ledakan rifle.
“Hah, sinar sang surya pun tidak diizinkan masuk dalam lembah kematian ini” kata salah satu peserta.
“Wew! Kupikir sekarang sudah malam” sahut Zack.
“Bijimu kendur! Sekarang masih pagi tahu!”
Ketika aku berlari dan tiba-tiba mataku terbelalak karena melihat Aerodactyl, makhluk masa lampau dengan sayap lebar serta gigi yang meruncing bak tombak yang ditempa oleh bahan mithril.
“Astaga!! Aerodactyl!” teriakan salah satu peserta yang disamping Zack.
“Whoa…besar sekali! Hey, siapa namamu?” Tanya Zack.
“Bodoh! Disaat seperti ini kau malah membuka topik pembicaraan! Baiklah namaku Joe Leashley!” Jawab Joe.
“Kau juga bodoh, kenapa malah diteruskan…”
Aerodactyl itu telah merenggut nyawa para peserta lainnya. Untungnya makhluk itu tidak melihat kami, dengan jantung yang berdegup kencang dan menaiki bebatuan untuk sampai ke Death Valley yaitu lembah kematian dimana setiap orang yang pergi kesana tidak akan pernah bisa kembali lagi, belum lagi dikabarkan akhir-akhir ini ketika Centaurus atau manusia setengah kuda yang terkutuk sudah mati, lalu muncul lagi naga bersayap enam yang telah banyak memakan korban. Ketika aku berpikir seperti itu dan menaiki batu besar, ada seseorang yang sedang dikunyah oleh… seekor naga.
“Joe, kita ambil jalur lain! Dibalik batu ini ada tiga orang yang sedang dikunyah hidup-hidup oleh seekor naga!” Zack dengan suara memelan.
“Ukh, benar-benar diluar dugaan! Baiklah jangan sampai naga itu menoleh ke arah kita” cemas Joe dengan keringat mengucur deras. Tapi sudah terlambat, naga itu sudah mengetahui keberadaan kami. Kuhunuskan Falchion-ku dan mengambil perhatian naga itu.
“Dasar bodoh! Apa kau tahu yang kau hadapi!?”
“Ya! Ini adalah naga bersayap enam itu! Aku…tidak…takut!”
Dengan rasa gemetar dan takut, mau tidak mau keputusan yang kuambil tanpa pikir panjang ini kulakukan. Naga itu menghampiriku dan memancarkan serangan api, namun dengan cepat aku menghindar dan bersembunyi dibalik batuan. Tiba-tiba aku teringat gerakan yang pernah diajari oleh Mindy, kalau tidak salah namanya Heat Up yaitu mengumpulkan aura dan memusatkannya pada bagian tubuh yang ingin benar-benar digunakan, lalu bergerak cepat.
“Apa yang kau lakukan!?” tanya Joe.
“Hehe, lihat saja” jawab Zack sambil tertawa simpul.
Aku mengambil kuda-kuda yang kuat lalu aku merasakan tubuhku begitu hangat sekali, tapi lagi-lagi naga itu memuntahkan api yang cukup besar, tapi aku melompat dan tidak kuduga lompatanku tinggi sejajar dengan bebatuan. Kemudian aku menumpu batu itu agar bisa mendekati naga, dengan auraku aku sanggup bergerak cepat semauku.
“Heeaa…!!” seru Zack. CRAASH…!! bunyi darah dari tubuh naga yang bercucuran, rupanya aku berhasil membuat tiga goresan luka dan menjatuhkan naga itu.
“Wew Rap! Belajar dari mana kau ilmu seperti itu?” tanya Joe heran.
“Huff, nanti akan kuajarkan. Sekarang kita bergegas!” jawab Zack.
Kami pun melanjutkan perjalanan sambil berbincang-bincang seperti biasa untuk membunuh kejenuhan. Tiba di tepian sungai kami melepas dahaga dengan meminum air dari sungai yang jernih dan kulihat banyak buah yang menurut para peneliti kota Riera dapat mempercepat regenerasi tenaga hingga pulih yang disebut buah Quistela, lalu tanpa banyak pikir kupetik empat buah dan duanya kuberikan kepada Joe. Aku pun meninggalkan tempat itu dan berlari mengejar waktu. Terasa setengah jam berlalu, kemudian kami melihat sebuah pos yang dikerumuni oleh orang-orang, ternyata…
“Whooaa! Zack kita berhasil melewati ujian pertama!!” girang Joe.
“Astaga! kupikir aku tidak bisa melakukannya! Yeaah…!”
Rasa senang karena telah melewati ujian pertama begitu lekat dipikiranku. Kami mendapat bagian makan dari pos dan memakannya dibawah pohon bersama Joe.
“Jangan terlalu senang dulu Zack, besok kita akan disuguhi tantangan yang terakhir. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok” kata Joe sambil mengunyah daging beruang Grizzly.
“Ya! Sejak awal aku sudah mempersiapkannya” jawab Zack.
Rasa lelah itu telah dibayar dengan kepuasan karena telah melewati ujian pertama, malam harinya tubuhku terasa kaku karena habis bertarung melawan naga dan kuputuskan untuk tidur. Tibalah paginya dengan sambutan sang surya yang hangat. Tubuhku terasa seperti baterai yang sudah di charge.
“Morning Dragon Slayer! Ayo kita dengarkan apa tantangan selanjutnya” sahut Joe dengan sebutan yang berarti Pembunuh Naga. Kami pun tiba di tengah kerumunan orang-orang yang sedang mendengarkan tahap tes terakhir ini.
“Aku tahu kalian benar-benar penasaran pada tes yang terakhir ini. Ujian terakhir ini adalah…?”
Semua mata peserta tertuju pada Jimmy.
“Ujiannya adalah…”
Lalu peserta semakin penasaran dengan dengan apa yang akan diucapkannya.
“Ukh, sebentar aku lupa…?”
“Waaa… dasar goblok!” teriakan para peserta yang penasaran.
“Cepat katakan! Jangan buat kami mati penasaran!” teriak salah satu peserta.
“Ah, aku ingat! Ujiannya adalah DUEL! Dan jika salah satu nama kalian ada yang disebut, maka dipersilahkan maju dan hadapi lawannya, mohon buat lingkaran”
Para peserta pun ada yang terlihat senang, gemetar tak karuan bahkan ada pula yang terlihat bercelana basah.
“Baiklah! Pertarungan pertama! Brooklyn versus Rukawa!! Dipersilahkan maju!”
Mereka berdua maju dengan sangat serius dan ketika aba-aba mundur dilontarkan mereka mulai menghunus pedangnya yang haus akan darah segar dan dengan cepat mereka beradu pedang. Semua peserta memandangi mereka berdua yang seperti setan. Terutama Brooklyn dengan tubuhnya yang besar. Ia dengan mudah mengiris udara sehingga membentuk tebasan jarak jauh yang selama ini dalam dunia prajurit disebut Line Tall Wind.
Tak kalah seru, Rukawa menghindar seraya melompat dan mengayunkan pedang dengan cepat lalu menyerukan explosion, terjadilah ledakan dengan suara yang menggelegar. Meski Brooklyn telah menahannya dengan kuat, radiasinya pun cukup parah, disamping itu dengan Rapier yang berbentuk pedang panjang lalu dipoles dengan cukup baik, Rukawa berlari menuju Brooklyn dan berhasil menebas tubuhnya. Rukawa tersenyum arogan setelah berhasil menebas Brooklyn. Pertarungan pun belum usai. Para peserta melihat mimik wajah Brooklyn penuh kesal bagai api spirit yang ingin memakan apa saja yang ada di dekatnya.
“Kau kira ini sudah berakhir?” geram Brooklyn.
“Hoo, baguslah… kukira kau selemah itu” ejek Rukawa.
Tidak segan-segan Brooklyn menghantamkan Broad Sword-nya yang besar dan tebal ke tanah sehingga membentuk rentetan angin dengan retakan di tanah yang begitu cepat menuju Rukawa, tetapi Rukawa hanya tercengang melihatnya, sehingga melukai Rukawa sangat parah dan ia hanya bisa terkulai lemah layaknya kertas yang basah.
“Whoaa… ternyata pemenangnya adalah Brooklyn” teriak Jimmy.
Sorak para peserta memenuhi lembah kematian itu dan menikmati tontonan barusan yang tadinya suatu ujian tes kini menjadi tontonan pertunjukan yang sangat menarik. Hari pun makin petang dan waktu berjalan tanpa kenal lelah hingga akhirnya pada malam hari sang pemandu tes mengumumkan sesuatu.
“Tidak terasa hari sudah malam, langsung saja kuputuskan… hasil akhir peserta adalah lima belas. Besok kita akan bersiap-siap menuju kota Gladia dengan teleport ruang waktu lalu mengadakan upacara pelantikan.” Kata Jimmy.
Bagaimanakah mengenai Zack dan Joe? untuk melihat mereka mari kita kembali ke delapan setengah jam yang lalu dimana pertarungan terakhir berlangsung.
“Well, inilah pertarungan terakhir yang kita tunggu, Zack versus Joe!”
“Astaga! Aku tidak habis pikir ternyata lawanku adalah teman seperjalananku!” Zack terhentak.
“Sudah kuduga, mau tidak mau aku harus mengalahkanmu untuk menjadi pemenang” kata Joe dengan keadaan terpaksa.
Orang yang selama ini berada disampingku sejak akhir kini menjadi Auto-Boomerang bagiku. Joe telah menghunuskan pedangnya, diam sejenak, dan menarik napas panjang. Sebelum pertarungan dimulai Joe hanya mengatakan “maaf”. Ia berlari menujuku dan mendaratkan pedangnya tepat di wajahku, namun tak semudah yang ia kira, aku menahannya tapi aku pikir tidak akan terjadi apa-apa, ternyata aku lengah. Ia telah menggunakan explosion dan aku terkena radiasinya yang sangat tajam sehingga aku terpental jauh lalu jatuh berulang-ulang. Mungkin saat ini aku belum bisa membalasnya karena aku masih menganggapnya sebagai teman.
“Kenapa Zack!? Buanglah pikiranmu bahwa aku ini temanmu! Apa kau pantas menjadi seorang prajurit yang hanya bermodal keraguan?”
“Uuhk… bagaimana pun juga, kau adalah teman seperjalananku! Tidak ada alasan lain!”
“Kalau kau terus berpikir seperti itu, berpikir ragu akan lawan yang `kan kau hadapi… kau akan senantiasa ditemani oleh tuan keraguan!”
“Hentikan…!! Kau tau Joe…? Kau telah membangunkan Dragon Slayer yang sesungguhnya!” Geram Zack kemudian ia telah menebas tubuh Joe hingga Joe tidak bisa bicara lagi, bahkan bergerak.
“Aku putuskan! Pertarungan terakhir dimenangkan oleh Za…”
“Aku mundur!!”
“Hah? Apa maksudnya? Sudah jelas ia menang” kata salah satu perserta.
“Ah! Jangan bercanda nak!” ujar Jimmy.
“Apa kau melihat mataku penuh dengan seringai bodoh?” tegas Zack.
“Apa maumu?” tanya Jimmy.
“Biarkan Joe menjadi pemenang, meski aku sudah mengalahkannya, tapi bukan berarti kemenangan seperti ini membuatku segalanya menjadi bangga sebagai prajurit” jawab Zack.
“Baiklah, tapi aku ingin bertanya satu hal”
“Katakan…”
“Apa yang membuatmu bangga sebagai prajurit?”
“Haha… baiklah, prajurit tanpa kebanggaan tidak akan puas dengan apa yang ia lakukan semasa hidupnya, tapi bagiku kebanggaan yang penting adalah mementingkan solidaritas yang tinggi meski disuguhi oleh pilihan yang sangat berat”
Jimmy hanya melihatku tercengang dengan mulut yang sedikit terbuka, lalu perlahan-lahan gerak mulut itu berubah menjadi sebuah senyuman yang membawa kekaguman.
“Inilah pertarungan yang pertama kali dimenangi oleh dua peserta! Pemenangnya adalah Joe dan Zack!! Dalam pertarungan ini tidak terlalu dibutuhkan keahlian pedang kalian! Tetapi kalian juga dituntut untuk kesadaran solidaritas! Itulah yang membuat mental prajurit menjadi kuat!”
Sorak ramai penonton membanjiri lembah kematian itu, padahal Death Valley adalah tempat dimana darah kesengsaraan dan nafas keputusasaan tinggal, kini menjadi tempat yang menyenangkan bagi para prajurit Rune Knight. Keesokan paginya setelah mendapat makan siang aku membawakan Joe sarapan karena ia masih mengalami luka yang cukup serius akibat seranganku.
“Zack… maafkan aku, aku hanya bisa menembakkan kata-kata yang tak pantas untuk prajurit hebat seperti dirimu, aku hanya bermulut besar dengan tindakan yang bodoh dimata prajurit, dan mungkin kehormatanku sebagai prajurit sudah hilang” sesal Joe.
“Ah, kau sudah siuman, aku tidak memenangkan pertarungan sendirian kok”
“Apa maksudmu? Jelas-jelas kau mengalahkanku”
“Kita berdua telah mengalahkan keraguan dengan rasa solidaritas saja kok”
“Lalu? Apakah kita berdua telah memenangkan pertarungan berdua? Itu mustahil sekali!”
“Tidak ada yang mustahil jika Tuhan mengabulkannya”
Wajah Joe terlihat berseri ketika mendengar kata-kata dari Zack. Setibanya di kota, walikota pun sudah siap melantik para peserta. Para peserta pun berbaris dan satu persatu diberikan Chivalry Emblem, yaitu lambang sebagai prajurit. Setelah pelantikan aku dan Joe sudah resmi menjadi Rune Knight.
“Bagaimana selanjutnya? Apa kita akan berpisah Joe?”
“Aku tidak mau berpisah denganmu”
“Baiklah, kau bisa tinggal dirumahku”
“Terima kasih banyak, Aku benar-benar merasa terhormat”
Kami menaiki sebuah kereta kuda untuk sampai ke rumahku. Sesampainya dirumah, aku melihat sebuah senyum simpul yang tidak asing lagi adalah Mindy. Aku sangat berterima kasih padanya dan memperkenalkan Mindy pada temanku Joe.
Kini Zack telah ditempatkan di kastil kerajaan dengan pedang baru yang ditempa bahan mithril dan kristal kehidupan, Excalibur namanya. Ia juga telah menjadi panutan dan pemimpin pasukan garis depan dengan julukan Imperial Rune Knight hingga akhirnya ketika peperangan terakhir dengan Orc, seluruh kota telah mengerahkan semua prajurit terbaik mereka, tetapi tidak cukup juga untuk melawan puluhan ribu Orc.
Hingga akhirnya Zack meminta bantuan kepada suku yang tinggal di pedalaman hutan dan menyukai kedamaian, yaitu suku Elf. Manusia dan Elf mempunyai ciri fisik yang sama tetapi yang menjadi perbedaan, Elf mempunyai telinga yang sedikit melancip layaknya sang peri. Para Rune Knight dan Elf telah berbaris di hadapan puluhan ribu Orc.
“Astaga! Mereka mengeluarkan Troll” kata Joe kaget melihat Troll yang lebih besar dari Orc.
Para pemanah pun telah melepaskan anak panahnya dan dengan akurasi yang tepat, anak panah itu telah banyak bersarang di kepala-kepala Orc.
“Hunuskaaan pedaaang kaliaaaan!! Inilah saat yang kalian tunggu! Yaitu saat dimana manusia akan damai!!” Kata Zack lantang seraya membakar semangat para prajurit.
“Hooi!! Kok hanya manusia saja yang disebutkan? Kami Elf juga butuh kedamaian bodoh!” sahut salah satu prajurit Elf.
“Ukh! Maaf, maksudku Elf juga… maaf lupa…”
“Haha, apa ia pemimpin yang bisa diandalkan? Bodohnya masih saja bersarang” kata Joe.
“Jika kalian takut untuk ini! Pulanglah kerumah! Kehormatan dan harga diri kalian akan hilang! Jadilah pecundang yang seperti sampah! Maka dari itu… mari kita tendang Orc sampai ke ujung duniaaa…!” kata Zack lantang
Para prajurit telah maju bertabrakan dengan Orc. Mulailah mereka menebas-nebas tubuh manusia, begitu juga para prajurit.
“Huaahhaahaa!! Hancurkan! Hancurkan! Manusia hanyalah omong kosong belaka!” Ejek raja Orc yang disebut Orc Lord.
Mendengar begitu Zack menjadi panas dan berlari menuju Orc Lord tanpa peduli disekitarnya.
“Apa yang kau lakukan manusia idiot! Kamilah yang akan menguasai dunia ini dan dunia selanjutnya! Apa yang kau bisa?”
“Kalau kami ada keberanian, apapun bisa kami hadapi! Itulah manusia!!” timpal Zack
Orc Lorc hanya memasang muka yang murka dengan ucapan Zack yang tajam melebihi pedang. Zack berlari secepat kilat dan mengkombinasikan jurus ledakan pedang dan tebasan angin untuk membunuh Orc Lord, tetapi sebelum melakukan hal itu Zack mengatakan sesuatu…
“Masa Orc telah gugur, dan kini manusia lah yang berhak menatap masa depan”
Orc Lord yang disebut-sebut sebagai pembunuh paling buas di tanah selatan kini tidak ada bedanya dengan pecundang. Terlihat puluhan ribu Orc kini gugur perlahan seiring kematian rajanya. Manusia telah banyak berterima kasih kepada Elf yang banyak membantu.
Walau terasa begitu banyak penderitaan yang dialami, hingga sang malaikat pencabut nyawa datang untuk menjemput kita ke alam barzah, waktu berjalan tanpa pernah mendapatkan jawabannya.









The End

0 komentar:

Sastra Randgris. Diberdayakan oleh Blogger.