"Rindu" (Stanza with 37 Couplet)

16.24 Edit This 0 Comments »

Ketika detik menggerakkan windu
Dan ketika embun tersenyum menyambut subuh
Bisa ku lihat, dirimu terkulai di beranda istanamu
Ku hela nafas ini yang penuh nestapa
Seraya setetes rindu menangis dalam diam di sela-sela penantian
Setiap tetesan air mata adalah benih ketakutan
Dunia baru memberi krusial yang nyata
Dunia baru... neo paradigma emperium
Kau bagai kriptonit toska melebihi kejora bahkan aurora
Memori eufimisme dan sarkasme selalu terpampang jelas
Menatap tajam seakan membentuk excalibur
Menusuk tirakat, darah menciprati batin
Di kala kau memelukku, seakan aku tak sendiri di dimensi ini
Dua darah-daging melebur di bawah pinus yang terbelai zephir
Aku bukan Bragi, aku hanya Sang Pujangga yang menanti Sang Waktu
Karena di sela waktu, aku akan meliha senyummu
Andai Tuhan memberikanku sebongkah takdir secara gratis
Ku ingin kekal bersamamu di elizium sana
Meneguk zam-zam non-khuldi
Tapi tidak sekarang, karena lututku lemas merindukanmu
Rindu kepakkan sayapmu di kala sayapku terluka
Rindu sapuan tanganmu ketika nasi melekat di bibirku
Rindu lembutnya cacian lucumu
Rindu kenakalanmu ketika menggigit lidahku
Rindu jentikan jarimu dalam kehangatan
Rindu keserasian nafas kita walau di bibir jurang sekalipun
Kejenuhan tak bisa menjangkit hormon
Aku mungkin adalah manusia yang terkonstelasi dosa durjam
Yang mungkn paling hina di mata Sang Langit
Bahkan tak pantas menginjaki Sang Bumi
Dan di kala mentari di bunuh gemawan...
Di kala gemawan ingkar, tak menjadi selendang satin bagi Sang Rembulan
Aku berdiri dengan urat nadi yang tegang
Hingga angin menyayat-nyayat epidermis
Tapi ku terus melipat dunia khayalku
Seraya bibirku tergerak dengan jiwa yang terserak

"Aku merindukanmu sayang"



Thrity-Seven Couplet
Salam Hangat




Randgris

0 komentar:

Sastra Randgris. Diberdayakan oleh Blogger.